Sudah sangat lama sejak terakhir kali aku sama ayah naik motor boncengan . dan malam ini, aku kembali merasakan itu. Dibonceng ayah naik motor.
Dari aku masih duduk di bangku SD, ayah udah selalu mengantar jemputku naik motor. Dulu motornya masih motor shogun keluaran tahun kapan tau. Motornya juga boleh dikasih dari salah satu mamangku yang jadi polisi. Diantar jemput sama ayah tiap hari ke sekolah bisa jadi hal yang sangat menyenangkan dan bisa juga jadi hal yang sangat menyebalkan.
Menyenangkan karena setiap hari ada yang mengantarmu ke sekolah , memberi uang saku yang mungkin emang gak seberapa sebelum kau masuk ke dalam sekolah, dan tangan ayah selalu kucium sebelum aku akhirnya berlalu tanpa menoleh lagi. Dan menyenangkan karena ada yang menunggumu di depan gerbang sekolah ketika kau pulang sekolah, menyiapkan senyum terbaiknya untukmu. Itulah yang ayah lakukan kala menjemputku di sekolah.
Tapi menyebalkan ketika harus membangunkan ayah di pagi hari untuk mengantarku ke sekolah karena ayah termasuk orang yang sulit bangun pagi. Menyebalkan ketika, ayahmu sudah menjemput sedangkan kau masih mau bermain dengan teman teman. Begitulah, belum lagi ocehan keci. Dari mulut ayah apabila beliau sudah menunggu terlalu lama di gerbang sekolah.
Tapi aku merindukan itu semua. Merindukan ketika ayah mengantarku ke sekolah dengan sepeda motornya yang kuno. Memberi uang jajan yang mungkin dirahasiakannya dari ibu. Dan berpesan hangat: Belajar yang bener ya nak. Atau aku juga sungguh sangat merindukan ketika ayah menjemputku di depan sekolah. Mengusap kepalaku dan menanyakan pelajaran hari ini. dan tanpa mengeluh, mendengar semua ocehan dan cerita panjang lebarku tentang sekolah hari itu. Ya aku merindukan itu semua.
Angin malam meniup kerudungku dan nyanyian kecil terdengar dari mulut hitam ayah yang bau rokok.
Aku ingat ayah selalu menjadi ojek setia yang mau mengantarku kemanapun aku hendak pergi. Waktu aku butuh membeli perlengkapan untuk naik gunung, ayah rela bolak balik mengantarku untuk membeli semuanya. Waktu aku mau latihan panjat dinding atau anggar dulu, ayah rela nemenin aku naik motor ke tempat latihan. Waktu aku mau ke rumah teman yang jauh, ayah rela nganterin aku kesana.
Aku jadi inget kejadian waktu SD dulu, aku ada tugas ngirim surat lewat pos, tapi karena waktunya mepet dan kalau beneran dikirim pake pos pasti gak akan nyampe suratnya. Ayah akhirnya bela belain nganterin suratku itu sendiri dengan naik motornya. Saat itu, meski masih sd, aku untuk pertama kalinya merasa terharu sama apa yang ayahku lakukan untukku.
Ayah masih aja lanjutin nyanyiannya yang pada akhirnya salah lirik, dan kita ketawa..
Dibonceng naik motor sama ayah mungkin emang udah biasa. Tapi sebenernya hal ini punya arti yang luar biasa, dan aku baru sadar malam ini. Setelah sekian lama aku gak naik motor diboncengin sama ayah lagi. Sejak aku mulai nge kos dan ayah suka kerja keluar pulau. Boncengan naik motor jadi jarang dan hampir gak pernah lagi. Padahal itu bukan sekedar boncengan naik motor sama ayah, tapi lebih dari itu. Banyak hal yang terjadi dan banyak makna kasih sayang ayah dan anak di dalam sekedar boncengan naik motor sama ayah.
Malam ini aku boncengan naik motor sama ayah, ketawa ketawa kayak dulu lagi. Dan ini lebih dari sekedar boncengan naik motor sama ayah..
Comments
Post a Comment
speak out time