Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2015

SIBHUARE

[better playing best friend by jason mraz on your earphone] Setelah grup whatsapp yang berjudul 'Grup Aslab Beneran' bunyi bunyi terus dari tadi siang, gue pun akhirnya benar benar membuka blog gue. Dan kemudian, gue baru mikir sendiri, oiya gue sepertinya belum pernah nulis tentang kegiatan gue dan semua kegilaan yang gue lakukan di Lab, bersama orang orang di dalam grup whatsapp yang satu itu. Baiklah, demi untuk menghargai pembaca blog gue, yang mungkin juga adalah orang orang di dalam grup whatsap tersebut, gue malam ini akan spesial menceritakan tentang rumah kedua plus keluarga gue yang lain, selama tahun terakhir kuliah, Laboratorium Telekomunikasi DTE FTUI.  Gue gabung jadi asisten Lab Telkom itu di akhir semester empat, dimana gue lagi keren kerennya jadi ketua ikatan mahasiswa elektro saat itu (maaf narsis dikit). Lebih tepatnya, gue, entah kenapa sampai sekarang juga gue gak tahu, akhirnya bisa diterima jadi salah satu asisten Lab Telkom DTE, yang saat itu m

bye bye kosaan

 ini kami di depan kosan pintu coklat yang telah menemani hampir tiga tahun perjalanan hidup kami selama kuliah : menjadi tempat belajar, bercanda, nyontek tugas, ngobrol, begadang, ngerjain laporan, nangis menye, makan pop mie, rapat,  jadi tempat diantar jemput tengah malem dan selalu bisa masuk kosan karena kuncinya bawa sendiri, jadi tempat skripsiaaan, nginep buat latian futsal, daaan banyak lagi lainnya. Nanti, kehidupan lucu sebagai anak kosan selama kuliah, bakalan gue ceritain lain kali dengan lebih lengkap, mumpung masih inget dan belum lupa haha.  terima kasih untuk kamar nomor 3 karena sudah menjadi saksi bisu carut marut bahagianya kehidupan kami berdua (plus penumpang tetap kami, Ina) di semester delapan. Hari ini dengan resmi, saya dan Karunika sudah pindah. Jangan pada nyariin ke kosan lagi yah 😂😂😂

kerap

ada kamu yang ku sayangi berubah menjadi resah dalam hati sendiri. ada yang sangat ingin kau temui tapi dia tak menepi. ada yang tak kau sukai, malah menggebu menjadi cinta. maka hati siapa yang tau ? bergejolak dinamikanyabtak menentu. meski aku ingin kamu, tapi bisa jadi dia yang disini. silih berganti. maka hati siapa yang peduli ? Aisyah di krl, menuju Depok, sedikit berlinang

Terjadi.

kita gak akan pernah tahu, kapan ajal akan menghampiri kita. Itu juga  yang terjadi pada kakak sepupu gue. Usianya baru 24 tahun, cuma beda 2 tahun dari gue, tapi ajal sudah menjemput dia lebih dulu dari kita semua. Dua hari sebelum lebaran, disaat kita semua siap siap mudik, kakak sepupu gue harus menemui takdirnya dengan menyedihkan. Kecelakaan motor. Ayah mana yang gak meronta melihat anak pertamanya meninggal dunia sebelum dia yang meninggal, dan dengan menyedihkan karena meninggal di jalan raya, dan begitulah uwak gue menghabiskan malamnya hari itu. Kecelakaan motor, udah dua kali jadi penyebab meninggalnya sanak saudara gue. Dan ini meningkatkan ketakutan gue terhadap dibonceng naik motor di jalan raya yang banyak bus nya. Ini serem banget, banyak banget nimbulin kecelakaan. Dan gak pernah nyangka, kecelakaan yang ini bakalan menimpa kakak sepupu gue sendiri.  Dan yang kali ini, terlalu dekat buat gue menolak rasa sedihnya. karena kakak sepupu yang ini, adalah saudara dekat gue.

myb.

Hai badan besar, apa kabar semua candamu hari ini ?Sebentar, Aku ingin menjadi sosok romantis bagi kamu malam ini. Jangan tertawa atau bergurau, sejenak saja diam dan bacalah perlahan.  Kamu, adalah punggawa biru muda yang kutahu selalu resah hatimu kala itu. Ku tau kamu dan semua tawamu hanyalah pelindung hati gelisahmu. Keberadaan kamu di semuanya sejak dulu, adalah perisai bagi rapuhnya kita yang katanya satu jaya. Sejak hari hari itu aku tahu, bahwa ada yang berbeda padamu, dan kuyakini kamu yang terbaik saat itu.  Kamu ragu pada harapan yang kutangguhkan padamu. Kamu cemas pada mimpi dan kegelisahan yang kubagikan padamu hari itu. Aku percaya saat itu, kamu hanyalah seorang badut dalam panggung sandiwara, nyatanya kamu adalah pemimpin dalam gerak yang kuinginkan terjadi. Maka jabat tangan dan kepercayaan menjadi pijakan bagi mimpi yang coba kita bangun hari itu. Hari dimana aku meyakini bahwa kamu, dan semua leluconmu adalah harapanku.  Aku tahu semenjak hari itu kamu