Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2017

Lebaran 2017

Lebaran tahun ini banyak cerita. Gue berlebaran di Sumedang, di kampung Ayah dari Mamih. Bingung? oke gue jelaskan haha. Ayah itu keturunan Sunda (Sumedang) dan Ende. .Kalau kalian gak tau, Ende itu ada di Nusa Tenggara Timur. Nah berhubung Ende itu jauh dan udah gak ada siapa-siapa disana, makanya tiap kali mudik, kita biasanya ke Sumedang. Mamih (ibunya Ayah) dan Mbah (ayahnya Ayah) sebetulnya tingal di Jakarta, tapi kalau lebaran biasanya di Sumedang. Jadi gak seperti biasanya, keluarga gue tahun ini udah berangkat ke Sumedang di malam takbiran. Biasanya, kita lebaran dulu di Bekasi, baru abis solat Ied dan salam-salaman sama tetangga, kita jalan ke Sumedang. Tahun ini kita lebaran di Sumedang langsung. Jalanan biasanya super macet. Tapi super aneh banget, tahun ini jalanan sama sekali gak macet. Kosong melompong. Sampai bingung. Ke Bandung yang biasanya macet banget kalau pas libur lebaran, gak libur aja macet, tahun ini super kosong. Dari Bandung ke Sumedang, yang biasanya Nang

my light

Do you see the light ? it's unseen i try to find it but seems too fast like flash the light is too far  and i aint gonna catch it  do you see the light ? think i should make my own or else i could be that light itself cause i wont ever meet the light yet you are not here.

peran

dalam sebuah keluarga, selalu harus ada sosok yang antagonis kah? tak mungkin dari tiga anak, semuanya adalah anak baik. harus ada yang mengalah dan menjadi jahat. meski sebenarnya menjadi jahat itu tidak boleh. tapi, harus tetap ada yang mengambil peran itu. atau keluarga akan terlalu manis. antara kakak atau adik, harus ada yang menjadi sosok menyedihkan harus ada yang terlihat sombong dan pemarah dan mungkin orang orang akan menjadi lebih bahagia ketika ada yang setidaknya disalahkan dalam sebuah masalah tak apa kita hanya perlu menerima peran yang diberikan pada kita peran yang mungkin ingin kau sesali atau mungkin kau syukuri dalam sebuah keluarga, ada yang namanya cemburu dan dicemburui iri dan dengki bahkan pada ayah ibu sendiri entah apa yang kita lihat pada diri kita entah apa yang orang lihat tidak ada yang berhak memutuskan. semuanya tergantung si pemberi peran.

habis

dulu idealis, sekarang pragmatis. mungkin benar itu sadis terjadi demikian saja ku meringis berharap bisa berubah jadi manis namun hati hanyalah sebuah garis menjadi batas namun tak bisa menepis semua yang palsu ada berbaris dan yang lurus kian tak laris lalu apakah harus aku menangis, berhenti dan mencari jalan merintis atau aku berusaha bengis dan kembali realistis karena pahala dan dosa beda tipis