saat ini gue duduk di dalam sebuah bus, bus P9B jurusan Bekasi-Kp. Rambutan.
gue naik bus ini sampai Pasar Rebo danlanjut naik angkot ke Depok, tempat kampus gue berada.
gue suka banget naik bus in dan duduk di kursi paling depan.
bukan, bukan karena gue suka bau asap kendaraan bermotor yang makin jelas baunya kalau duduk di depan, bukan juga karena gue mau duduk deket deket sama supir bus nya,
tapi karena gue suka memerhatikan orang orang yang naik ke bus ini dari pintu depan.
duduk di depan, dekat pintu masuk, membuat gue bisa melihat raut wajah banyak orang yang naik ke bus ini.
ada seorang anak muda yang tergopoh gopoh menuntun neneknya naik ke dalam bus yang cukup tinggi ini.
ada seorang tentara yang menggotong centong nasi membantu istrinya.
ada seorang pria paruh baya yang tampak lusuh , wajahnya resah, dan berkeringat.
ada sebuah keluarga yang tidak kebagian tempat duduk sehingga akhirnya mereka harus berdiri, dan bapak di keluarga itu dengan tangguh memegang tangan kedua anak laki-lakinya agar tidak terjatuh saat bus in mulai jalan.
naik bus umum itu bagi gue sama aja kayak kita belajar memahami orang lain, menyetarakan diri kita dengan orang lain.
karena gak ada orang kaya atau orang miskin di dalam bus ini. semua sama.
sama sama membayar 4.500 rupiah . cuma mungkin tujuannya aja yang berbeda.
ada yang turun di ceger, ada yang di Pasar Rebo, ada yang di Kampung Rambutan, dan mungkin malah ada yang turun di Bekasi agi gara gara ketiduran.
tujuan perjalanan mereka juga bermacam macam. Ada yang mau kuliah kayak gue, ada yang mau ke rumah sodaranya, ada yang mau kerja, ada yang cuma pengen jalan jalan naik bus aja, dan sebagainya.
tapi kita semua sama di dalam bus ini. gak peduli kita bawa apa dan pake baju sebagus apa, toh kita naik di bus yang sama.
gue bersyukur bisa pulang pergi ke Bekasi naik bus ini. karena di dalam sebuah bus seperti ini, ternyata membuat gue belajar tentang banyak realita kehidupan.
gue naik bus ini sampai Pasar Rebo danlanjut naik angkot ke Depok, tempat kampus gue berada.
gue suka banget naik bus in dan duduk di kursi paling depan.
bukan, bukan karena gue suka bau asap kendaraan bermotor yang makin jelas baunya kalau duduk di depan, bukan juga karena gue mau duduk deket deket sama supir bus nya,
tapi karena gue suka memerhatikan orang orang yang naik ke bus ini dari pintu depan.
duduk di depan, dekat pintu masuk, membuat gue bisa melihat raut wajah banyak orang yang naik ke bus ini.
ada seorang anak muda yang tergopoh gopoh menuntun neneknya naik ke dalam bus yang cukup tinggi ini.
ada seorang tentara yang menggotong centong nasi membantu istrinya.
ada seorang pria paruh baya yang tampak lusuh , wajahnya resah, dan berkeringat.
ada sebuah keluarga yang tidak kebagian tempat duduk sehingga akhirnya mereka harus berdiri, dan bapak di keluarga itu dengan tangguh memegang tangan kedua anak laki-lakinya agar tidak terjatuh saat bus in mulai jalan.
naik bus umum itu bagi gue sama aja kayak kita belajar memahami orang lain, menyetarakan diri kita dengan orang lain.
karena gak ada orang kaya atau orang miskin di dalam bus ini. semua sama.
sama sama membayar 4.500 rupiah . cuma mungkin tujuannya aja yang berbeda.
ada yang turun di ceger, ada yang di Pasar Rebo, ada yang di Kampung Rambutan, dan mungkin malah ada yang turun di Bekasi agi gara gara ketiduran.
tujuan perjalanan mereka juga bermacam macam. Ada yang mau kuliah kayak gue, ada yang mau ke rumah sodaranya, ada yang mau kerja, ada yang cuma pengen jalan jalan naik bus aja, dan sebagainya.
tapi kita semua sama di dalam bus ini. gak peduli kita bawa apa dan pake baju sebagus apa, toh kita naik di bus yang sama.
gue bersyukur bisa pulang pergi ke Bekasi naik bus ini. karena di dalam sebuah bus seperti ini, ternyata membuat gue belajar tentang banyak realita kehidupan.
Betul kata orang jaman dulu yang bilang kalau belajar itu bisa dimana saja,
bahkan di dalam bus P9B sekalipun.
9 Januari, 2012.
di dalam P9B
Aisyah
Comments
Post a Comment
speak out time