Skip to main content

Guru, dengan Segala Pesonanya


Guru, dengan Segala Pesonanya

Sebenarnya, tidak akan ada kata yang mampu menggambarkan pesona seorang guru bagi murid-muridnya. Siapa yang tidak tahu, siapakah seorang guru itu. Ya, guru adalah sosok yang selalu mengisi hari-hariku, mungkin juga yang mengisi hari-harimu, dan hari-hari kalian semua. Pada hakikatnya, guru adalah seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Namun, tidak setiap murid memahami pesona dari guru-gurunya di sekolah, apalagi mengaguminya. Maka aku, sebagai seorang murid, melalui rangkaian kata yang sederhana ini, akan menceritakan pada kalian semua, betapa mempesonanya sosok guru-guru kita sebenarnya.
            Kalau kita mengingat tentang guru-guru kita di sekolah, aku yakin yang terlintas adalah semua tugas-tugas yang mereka berikan pada kita dan segala penderitaan lain yang mereka buat untuk kita. Mereka selalu membuat hari-hari kita di rumah menjadi tertekan dengan tugas yang menumpuk, belum lagi harus cari di internet, ataupun harus membuat penelitian terlebih dahulu. Saat itu aku yakin, kita semua akan berkeluh kesah dan kesal pada mereka. Padahal semua tugas itulah yang akan membuat jendela wawasan kita terbuka, dan berkembang menjadi sebuah pintu yang besar.
            Cara guru mengajar di kelas juga kerap membuat kita kesal pada mereka. Baik yang memang malas mengajar, hanya mencatat di papan tulis lalu keluar, guru yang selalu marah-marah atau guru yang jarang menjelaskan pelajaran di kelas, dan sebagainya. Mereka sering kali mendapat julukan-julukan dari kita, mulai dari nama hewan, nama tempat, ataupun nama-nama aneh. Ketika telah membicarakan dan mengejek mereka, kita akan senang dan tertawa-tawa. Akui saja kawan, begitulah sikap kebanyakan murid sekolahan, walaupun tidak semuanya begitu. Padahal sebenarnya, cara mengajar itulah gambaran unik dari sosok guru yang membuat kita mampu beradaptasi dengan baik, seperti bunglon dengan mimikrinya.
            Coba ingat-ingat, siapa yang pertama kali mengajari kita membaca, berhitung dan menulis selain kedua orang kita, siapa yang pertama kali memperkenalkan lingkungan sekolah pada kita, siapa yang pertama kali memperkenalkan kita pada matematika dan ilmu pengetahuan alam, dan siapa yang pertama kali mengetahui nilai-nilai kita di sekolah. Bukankah itu guru-guru kita? Ternyata tanpa kita sadari, guru adalah orang pertama yang mengajari kita.
            Kebanyakan orang menganggap guru hanyalah pengajar yang memberi pelajaran pada kita, memberi tugas yang banyak, lalu memberi nilai. Namun sadarkah kita, betapa banyak ilmu yang telah seorang guru berikan pada kita, Sampai kapanpun ilmu itu akan terus mengalir dalam tubuh kita, akan selalu kita pakai sampai kapanpun kita hidup di dunia ini. Guru dengan ikhlasnya memberikan aliran ilmu yang sangat kita butuhkan, padahal ilmu itu mahal, kawan. Sama seperti oksigen yang memenuhi aliran darah di tubuh kita, ilmu juga sangat dibutuhkan oleh diri kita. Bayangkan, betapa mahalnya harga ilmu yang telah diberikan guru-guru kita. Tapi balasan yang mereka terima tidak sebanding dengan ilmu yang mahal yang telah mereka curahkan.
Kalau boleh aku meyanyikan sebuah lagu tentang guru, maka aku akan memilih lagu “Umar Bakrie” dari Iwan Fals. Dengan lirik yang indah Iwan Fals menceritakan, “Umar Bakrie.. Umar Bakrie.. banyak ciptakan menteri. Umar Bakrie.. Umar Bakrie.. bikin otak orang seperti otak Habibi.. Tapi mengapa, gaji guru Umar Bakrie seperti di kebiri.. ” Dan itulah keistimewaan lain seorang guru, penghasilannya tidak sebesar pengorbanannya.
            Menjadi seorang guru diperlukan keahlian. Setiap hari mereka harus menghadapi banyak murid yang berbeda pemikiran. Mulai dari yang ramah dan sopan sampai yang nakal dan keras kepala. Tapi bagaimanapun sifat murid-muridnya, guru harus tetap bisa menyampaikan pelajaran yang telah ia persiapkan sampai diterima dengan baik oleh murid-muridnya. Dan bisakah kita pahami, apa jurus yang mereka gunakan itu sampai akhirnya kita bisa mengerti sebuah materi? Bahkan seorang Superman pun belum tentu bisa mengajari caranya terbang pada kita, bukan? Tetapi guru mampu merancang desain yang sempurna untuk otak kita dan mengatur pribadi kita agar mampu menerima materi dengan baik. Dengan kata lain, guru bisa menjadi arsitektur dan juga psikolog untuk kita.
            Mari kita rasakan apa yang membuat perasaan kita lebih berwarna di sekolah. Itulah kehadiran guru-guru kita. Saat mereka memuji pekerjaan rumah kita, mereka membuat rasa senang di hati kita. Saat mereka memberikan tugas yang banyak, mereka membuat rasa kesal dan marah di hati kita. Saat mereka mengadakan ulangan dadakan, mereka berhasil menciptakan rasa takut di hati kita. Dan saat mereka menunjuk kita untuk menjawab pertanyaan di kelas, mereka dengan sempurna menciptakan rasa deg-degan di hati kita. Itulah guru, sang pembuat rasa yang paling hebat, bahkan melebihi seorang koki terkenal sekalipun.
            Tanggung jawab seorang guru pada muridnya, tak kurang dari tanggung jawab seorang Presiden pada negaranya. Guru kita adalah orang yang pertama kali akan dituntut bila kita tidak mengerti suatu pelajaran atau mungkin tidak lulus ujian nasional. Mereka jugalah yang akan bertanggung jawab apabila perangai kita buruk di masyarakat. Ada istilah, selama seorang murid masih mengenakan seragam sekolahnya, maka apapun yang terjadi merupakan tanggung jawab gurunya di sekolah. Bayangkan, betapa berat tanggung jawab seorang guru. Gurulah, yang harus menjadi orang tua kita, hingga kita tiba di rumah. Mengetahui ini, harusnya seorang Presiden belajar pada seorang guru.
            Dari sekian banyak ilmu yang telah mereka alirkan dan dari sekian banyak peluh yang telah mereka teteskan untuk kita, masihkah kita akan mengacuhkan mereka setiap kali mereka mengajar di depan kelas, atau masihkah kita tidak menghargai mereka selayaknya seorang guru? Seharusnya tidak. Andai saja, di negeri ini tak ada seorang pun guru, entah akan seberapa bodohnya bangsa ini, entah akan seberapa tidak bergunanya hidup ini. Tanpa adanya guru, mungkin tak akan ada professor ataupun orang kaya di negeri ini. Dan tanpa adanya guru, tak ada lagi warna-warni perasaan setiap harinya.
            Untuk itu, sudah seharusnya setiap kali kita mengadakan perpisahan di sekolah lagu Hymne Guru diperdendangkan. Maka saat ini, aku akan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada guru-guruku. Atas segala pelajaran yang telah mereka berikan padaku, atas segala kepahitan hidup dan segala pesona yang telah mereka tebarkan padaku. Dan atas segala nilai baik yang telah membuatku dapat belajar dan mempunyai bekal untuk menghadapi masa depan kelak. Dan khususnya kuucapkan terima kasih, pada guru-guru Bahasa Indonesiaku, dari aku duduk di bangku kelas satu SD sampai kelas dua SMA ini,  yang telah dengan ajaibnya mengajariku menulis hingga terciptalah karangan ini. Terima kasih guruku, terimalah karangan sederhana ini sebagai hadiah untukmu. 

Aisyah
Februari 2011 

Comments

Popular posts from this blog

Sebuah Pilihan.

“Berbahagia dan berusaha bahagiakan orang lain.” Motto hidup sederhana inilah yang membuat saya berani mendaftarkan diri ke IME 2012. Sederhana saja. Awalnya, saya hanya ingin mencari kebahagiaan saya sendiri dengan berorganisasi, mencari banyak pengalaman serta teman, dan membahagiakan orang lain (teman-teman sesama mahasiswa) dengan ikut IME sebagai organisasi yang mewadahi kegiatan mereka semua. Tapi mengapa saya memilih membahagiakan orang lain melalui bidang PSDM?  Kata orang kebanyakan, PSDM adalah bidangnya orang-orang yang mau berpikir dan mau susah-susah untuk mengurusi orang lain. Dan saya juga tidak dapat memungkiri itu karena bidang inilah yang mau repot-repot mengurusi dan membimbing saya dan 117 teman saya saat masa bimbingan dulu. Ah kerajinan sekali, begitu pikir saya dulu.    Tapi saat masa adaptasi dunia kampus dulu, saya dibuat semakin menyadari bahwa mahasiswa adalah segerombolan manusia yang punya banyak kelebihan di dalam dirinya yang bisa membaw

Aku cinta padamu, Indonesia

Indonesia, sebuah negeri dengan segala keelokan dan pesona. Negeri di tenggara Asia   yang patut dipertanyakan: seberapa besar cinta rakyatnya kepadanya? Aku mungkin hanyalah seorang biasa, tapi aku akan mencoba menggambarkan seberapa besar cintaku kepada negeri ini melalui rangkaian kata sederhana ini. Atau mungkin, aku akan mencoba membuat kalian tahu bagaimana caraku mencintai negeri ini, mencintai baik dan buruknya. Aku terlahir di negeri ini. Aku tumbuh dan menghirup udara di negeri ini, begitu juga sekitar dua ratus juta penduduk Indonesia yang lain. Ketika aku lahir, Indonesia masih dipimpin seorang “Bapak Pembangunan” yang katanya memberikan banyak perubahan dan kemajuan, tapi juga banyak meninggalkan hutang bagi Indonesia. Tapi aku tak peduli, aku mulai merasakan cinta pada negeri ini mulai tumbuh sejak hari pertama aku melihat dunia. Inilah negeriku, tempat hidungku menghirup udara pertamanya atau tempat tangisku pertama kali pecah. Dan aku mencintainya, dengan tertah

Great People Scholarship Program Telkom 2019 -

 --continued from previous post-- Oke jadi dimulailah tahap seleksi beasiswa GPSP dari perusahanku Telkom Indonesia. Hal pertama yang bikin aku cukup gak pede dan stres adalah waktu persiapan yang super sempit. Jadi, dari tanggal rilis nota dinasnya, aku harus menyiapkan proposal studi yang akan disubmit dan dibawa dalam waktu kruang lebih 4 hari apa 3 hari yah lupa. Jadi aku inget weekend itu aku bener bener scroll2 jurusan kampus dan bikin proposal study selama dua hari Sabtu-Minggu. Hari Seninnya, aku harus berangkat ke Bandung untuk tes. Dan aku berangkat ke Bandung bareng sama bebeb Pome sahabatcuuu Step pertama : Bikin proposal Studi  Selama nyusun proposal studi aku agak terburu buru dan gatau mau nulis apa. Ini mirip mirip dengan motivation letter atau personal statement kalau kita mau apply beasiswa atau apply kampus di luar Negeri untuk S2. Bedanya di seleksi Telkom ini dia minta dua halaman dan harus menjelaskan manfaatnya buat Telkom itu apa ketika kita sudah balik dari sek