Skip to main content

Tanah Abang dan Ibu-Ibu

tampak depan

Bulan puasa gini biasanya udara panas banget.
Sama banget seperti bulan puasa kali ini.
Langit dan matahari seolah bekerja sama buat bikin manusia manusia yang berpuasa makin kehausan.

Tapi sambil berhaus-hausan dan menahan lapar,
ternyata masih saja banyak ibu-ibu (termasuk ibu gue) yang berbondong bondong ke Tanah Abang.
Siang-siang udara kering dan panas terik gak menghalangi ibu-ibu buat pergi ke Tanah Abang pas bulan puasa rupanya.

Kenapa ya?

Menurut pengakuan salah satu ibu ( yaitu ibu gue sendiri),
ibu-ibu itu paling suka belanja baju atau kain atau mukena buat lebaran ya di Tanah Abang dikarenakan harganya gak terlalu mahal, belinya soalnya grosiran (banyakan) dan model nya juga bagus bagus jadi gak kalah sama di mall-mall besar.
 Malahan ada beberapa pakaian yang dijual di mall mall elit dan bermerek, itu asalnya dari Tanah Abang juga.

Karena itulah ibu-ibu ini nekat pergi pas bulan puasa.

Dan yang bikin terharunya,
ibu-ibu ini biasanya pergi ke Tanah Abang buat beli baju lebaran dan mukena, tapi bukan buat dirinya sendiri !
 oke, sengaja gue gedein. Karena itulah bedanya ibu-ibu sama bapak bapak atau bedanya ibu-ibu sama remaja yang belum nikah. Mereka ke Tanah Abang buat nyariin baju buat suaminya dan anak-anaknya. Jarang banget mereka mikirin buat nyari baju mereka duluan. Pasti yang utama buat nyariin baju buat suami dan anak-anaknya.

Ini lagi yang gue salutin buat ibu-ibu (termasuk Ibu gue) , mereka sepinter mungkin mengatur uang yang dikasih sang suami supaya bisa dibeliin buat suami dan anaknya. Salah satu cara mengaturnya yaa dengan belanja di Tanah Abang.

Makanya gak heran, kalau siang-siang terik di bulan puasa, banyak banget ibu-ibu yang lagi belanja di Tanah Abang (oke, termasuk ibu gue juga).

Dan lucunya lagi, kemarin gue nemenin ibu gue ke Tanah Abang, dan pas pulang kan naik Bus P50 jurusan Tanah Abang-Bekasi. Dan subhanallah, isinya mayoritas ibu-ibu semuaaa ! penuh banget pula.
Dan di dalam bus, mereka semua pada ngleuh : macet lagi , ini mana belum masak buat buka. Aduh keburu gak ya masak?
Itulah ibu-ibu, mau pergi sejauh apapun, pasti masak di rumah buat suami dan anak yang diinget pertama kali pas nyampe rumahnya telat.
Padahal mereka pasti udah pada capek banget jalan seharian >.<

God, Thanks for giving me a mother like I have now.

Dan kemarin itu di dalam bus, gue berdoa,
Ya Allah semoga gak macet, semoga cepet sampe biar ini ibu-ibu bisa pada masak di rumahnya masing-masing .

Oke, sekian cerita gue tentang Ibu-ibu dan Tanah Abang.
Semoga bisa diambil hikmahnya.
Dan semoga bisa dijadikan pelajaran.


Kamar kos,
Depok,
Aisyah.

Comments

Popular posts from this blog

Sebuah Pilihan.

“Berbahagia dan berusaha bahagiakan orang lain.” Motto hidup sederhana inilah yang membuat saya berani mendaftarkan diri ke IME 2012. Sederhana saja. Awalnya, saya hanya ingin mencari kebahagiaan saya sendiri dengan berorganisasi, mencari banyak pengalaman serta teman, dan membahagiakan orang lain (teman-teman sesama mahasiswa) dengan ikut IME sebagai organisasi yang mewadahi kegiatan mereka semua. Tapi mengapa saya memilih membahagiakan orang lain melalui bidang PSDM?  Kata orang kebanyakan, PSDM adalah bidangnya orang-orang yang mau berpikir dan mau susah-susah untuk mengurusi orang lain. Dan saya juga tidak dapat memungkiri itu karena bidang inilah yang mau repot-repot mengurusi dan membimbing saya dan 117 teman saya saat masa bimbingan dulu. Ah kerajinan sekali, begitu pikir saya dulu.    Tapi saat masa adaptasi dunia kampus dulu, saya dibuat semakin menyadari bahwa mahasiswa adalah segerombolan manusia yang punya banyak kelebihan di dalam dirinya yang bisa membaw

Aku cinta padamu, Indonesia

Indonesia, sebuah negeri dengan segala keelokan dan pesona. Negeri di tenggara Asia   yang patut dipertanyakan: seberapa besar cinta rakyatnya kepadanya? Aku mungkin hanyalah seorang biasa, tapi aku akan mencoba menggambarkan seberapa besar cintaku kepada negeri ini melalui rangkaian kata sederhana ini. Atau mungkin, aku akan mencoba membuat kalian tahu bagaimana caraku mencintai negeri ini, mencintai baik dan buruknya. Aku terlahir di negeri ini. Aku tumbuh dan menghirup udara di negeri ini, begitu juga sekitar dua ratus juta penduduk Indonesia yang lain. Ketika aku lahir, Indonesia masih dipimpin seorang “Bapak Pembangunan” yang katanya memberikan banyak perubahan dan kemajuan, tapi juga banyak meninggalkan hutang bagi Indonesia. Tapi aku tak peduli, aku mulai merasakan cinta pada negeri ini mulai tumbuh sejak hari pertama aku melihat dunia. Inilah negeriku, tempat hidungku menghirup udara pertamanya atau tempat tangisku pertama kali pecah. Dan aku mencintainya, dengan tertah

Great People Scholarship Program Telkom 2019 -

 --continued from previous post-- Oke jadi dimulailah tahap seleksi beasiswa GPSP dari perusahanku Telkom Indonesia. Hal pertama yang bikin aku cukup gak pede dan stres adalah waktu persiapan yang super sempit. Jadi, dari tanggal rilis nota dinasnya, aku harus menyiapkan proposal studi yang akan disubmit dan dibawa dalam waktu kruang lebih 4 hari apa 3 hari yah lupa. Jadi aku inget weekend itu aku bener bener scroll2 jurusan kampus dan bikin proposal study selama dua hari Sabtu-Minggu. Hari Seninnya, aku harus berangkat ke Bandung untuk tes. Dan aku berangkat ke Bandung bareng sama bebeb Pome sahabatcuuu Step pertama : Bikin proposal Studi  Selama nyusun proposal studi aku agak terburu buru dan gatau mau nulis apa. Ini mirip mirip dengan motivation letter atau personal statement kalau kita mau apply beasiswa atau apply kampus di luar Negeri untuk S2. Bedanya di seleksi Telkom ini dia minta dua halaman dan harus menjelaskan manfaatnya buat Telkom itu apa ketika kita sudah balik dari sek