Menemukan titik jenuh dalam mengerjakan sesuatu adalah hal biasa. Yang tidak biasa adalah berusaha keluar dari titik jenuh tersebut dengan cara yang tidak biasa.
Saya kini berada di atas ambang sulit berpikir. Karena terlalu banyak tugas, tanggungjawab, dan beban kuliah yang sedang ditanggung. pendirian dan idealisme saya memang biasa saja, tidak sekuat itu. namun saya akan teguh disana. pada jalur yang saya berdiri. bisa saja, saya lupa pada fungsi saya. pada semua tanggungjawab saya.
saya tidak mau berhenti. sungguh tidak mau berhenti. tapi apa daya, kadang sulit untuk memaksakan semua ini berjalan seperti yang diinginkan.
tapi lari dari masalah adalah hal paling memalukan dalam sejarah kehidupan manusia, itu sama saja dengan bunuh diri. dan itu dosa.
hari ini , tapi motivasi itu kembali, kembali lagi.
saya mau semuanya kembali. idealisme, harapan, dan semua kerja keras harus dimulai lagi.
sungguh, saya tidak mau berhenti. karena setidaknya, saya tidak mau dosa.
dan Soe Hok Gie pernah menulis di catatan hariannya :
Saya kini berada di atas ambang sulit berpikir. Karena terlalu banyak tugas, tanggungjawab, dan beban kuliah yang sedang ditanggung. pendirian dan idealisme saya memang biasa saja, tidak sekuat itu. namun saya akan teguh disana. pada jalur yang saya berdiri. bisa saja, saya lupa pada fungsi saya. pada semua tanggungjawab saya.
saya tidak mau berhenti. sungguh tidak mau berhenti. tapi apa daya, kadang sulit untuk memaksakan semua ini berjalan seperti yang diinginkan.
tapi lari dari masalah adalah hal paling memalukan dalam sejarah kehidupan manusia, itu sama saja dengan bunuh diri. dan itu dosa.
hari ini , tapi motivasi itu kembali, kembali lagi.
saya mau semuanya kembali. idealisme, harapan, dan semua kerja keras harus dimulai lagi.
sungguh, saya tidak mau berhenti. karena setidaknya, saya tidak mau dosa.
dan Soe Hok Gie pernah menulis di catatan hariannya :
“Bidang
seorang sarjana adalah berpikir dan mencipta yang baru. Mereka harus
bisa bebas di segala arus-arus masyarakat yang kacau. Seharusnya mereka
bisa berpikir tenang karena predikat kesarjanaan itu. Tetapi mereka
tidak bisa terlepas dari fungsi sosialnya ialah bertindak demi tanggung
jawab sosialnya bila keadaan telah mendesak. Kelompok intelektual yang
terus berdiam dalam keadaan yang mendesak telah melunturkan semua
kemanusiaannya. Tidak ada indahnya (dalam arti romantik) penghukuman
mereka, tetapi apa yang lebih puitis selain bicara tentang kebenaran.”
(31 Desember 1962)
Comments
Post a Comment
speak out time