ditulis di notes FB.
Pada hari Jum'at, tanggal 17 September tahun1993,
Pada hari itulah, seorang ibu yang sedang berkelebat karena desakan kaki anak di rahimnya dipaksa menahan rasa sakitnya, karena sang dokter ingin melaksanakan salat Jum'at dahulu di masjid, sebelum membantunya bersalin. Maka sang ibunda menungu dengan sambil mengusap usap perutnya, berharap sang anak tak terus-terusan merongrong minta keluar.
Setelah sang dokter itu kembali dari salatnya, dokter mengambil cara sesar untuk menampakkan wujud sang anak di mata ibunda dan ayahnya yang telah kebingungan. Setelah mencari titik suntik yang dapat membuat sang ibu kebal, dan setelah berkali-kali suntikan, barulah sang ibu dapat dioperasi sesar. Diluar ruangan ayahnya menunggu dengan sabar sambil terus berdoa dan berpikir.
Beberapa saat kemudian, lahirlah seorang bayi perempuan sambil menjeritkan tangisnya pertama kali di sebuah ruangan dengan label "Alamanda" di RS Mekar Sari, kota Bekasi. Lagi-lagi keturunan Hawa,yang menjadi anaknya, yang muncul dihadapan ibu yang sudah setengah sadar dan tidak sadar itu. Seketika terucap syukur dan air mata mulai meleleh di pelupuk mata sang ibu.
Ayah masuk dan memeluk sang istri sambil bersyukur. Kemudian datanglah sanak saudara yang lain.
Pada hari itu, tepat pada tanggal 17 Sepetember 1993 , diberlakukannya perturan lalu lintas di Indonesia. Kemudian, terjadilah dialog antara ayah dan ibu sehingga muncullah nama "Lalin Alamanda" untuk si bayi yang bahkan belum bisa mengedip dengan sempurna. Lalin dari kata lalu lintas, dan Alamanda dari nama kamar bersalin sang ibu. Semua tampak setuju. Kecuali kakak si bayi, yang baru genap empat tahun.
"Kenapa namanya nggak AISYAH aja, yah? kan sama seperti nama istri Nabi." tutur polos seorang bocah empat tahun yang kala itu baru belajar tentang Nabi SAW. Sang ayah tertegun mendengar ucapan anaknya. Benar juga, namailah anak-anak kita dengan nama yang baik baik.
Usul sang anak pun diterima, namun ayah ingin menambahkan kata SITI di depan nama AISYAH, namun menurut ibu, Aisyah telah menunjukkan bahwa nama itu untuk perempuan, maka tidak perlu ditambah lagi. Dengan mantap, akhirnya bayi yang baru berumur beberapa hari itu memiliki nama yang singkat, padat dan bermakna, "AISYAH".
Pada hari itulah, seorang ibu yang sedang berkelebat karena desakan kaki anak di rahimnya dipaksa menahan rasa sakitnya, karena sang dokter ingin melaksanakan salat Jum'at dahulu di masjid, sebelum membantunya bersalin. Maka sang ibunda menungu dengan sambil mengusap usap perutnya, berharap sang anak tak terus-terusan merongrong minta keluar.
Setelah sang dokter itu kembali dari salatnya, dokter mengambil cara sesar untuk menampakkan wujud sang anak di mata ibunda dan ayahnya yang telah kebingungan. Setelah mencari titik suntik yang dapat membuat sang ibu kebal, dan setelah berkali-kali suntikan, barulah sang ibu dapat dioperasi sesar. Diluar ruangan ayahnya menunggu dengan sabar sambil terus berdoa dan berpikir.
Beberapa saat kemudian, lahirlah seorang bayi perempuan sambil menjeritkan tangisnya pertama kali di sebuah ruangan dengan label "Alamanda" di RS Mekar Sari, kota Bekasi. Lagi-lagi keturunan Hawa,yang menjadi anaknya, yang muncul dihadapan ibu yang sudah setengah sadar dan tidak sadar itu. Seketika terucap syukur dan air mata mulai meleleh di pelupuk mata sang ibu.
Ayah masuk dan memeluk sang istri sambil bersyukur. Kemudian datanglah sanak saudara yang lain.
Pada hari itu, tepat pada tanggal 17 Sepetember 1993 , diberlakukannya perturan lalu lintas di Indonesia. Kemudian, terjadilah dialog antara ayah dan ibu sehingga muncullah nama "Lalin Alamanda" untuk si bayi yang bahkan belum bisa mengedip dengan sempurna. Lalin dari kata lalu lintas, dan Alamanda dari nama kamar bersalin sang ibu. Semua tampak setuju. Kecuali kakak si bayi, yang baru genap empat tahun.
"Kenapa namanya nggak AISYAH aja, yah? kan sama seperti nama istri Nabi." tutur polos seorang bocah empat tahun yang kala itu baru belajar tentang Nabi SAW. Sang ayah tertegun mendengar ucapan anaknya. Benar juga, namailah anak-anak kita dengan nama yang baik baik.
Usul sang anak pun diterima, namun ayah ingin menambahkan kata SITI di depan nama AISYAH, namun menurut ibu, Aisyah telah menunjukkan bahwa nama itu untuk perempuan, maka tidak perlu ditambah lagi. Dengan mantap, akhirnya bayi yang baru berumur beberapa hari itu memiliki nama yang singkat, padat dan bermakna, "AISYAH".
Comments
Post a Comment
speak out time