Skip to main content

Stasiun Cikini (1)

"kamu turun dimana"
gadis itu membisu, menoleh sedikit pada suara yang mengeluarkan suara berat tersebut.
rasanya enggan menjawab bahwa sebentar lagi stasiun yang dimaksudnya hampir sampai.
rasanya ingin berlama lama duduk disamping seseorang yang begitu ia kenal ini.

"jadi, kamu turun dimana?"

gadis itu mengalihkan pandangannya menuju jendela kereta di seberangnya.
menghitung waktu sesuai irama deru roda besi kereta beradu dengan rel.
tetap membisu.

Orang yang bertanya kini pun enggan berbasa-basi dan memutuskan untuk diam.
Gadis itu berharap sekali tanya lagi akan dilontarkan oleh seseorang disampingnya,
namun sayang sampai satu stasiun terakhir sebelum dia harus turun, orang itu tetap diam,
menatap lurus ke depan, bahkan tidak terpengaruh oleh orang orang yang lalu lalang naik turun kereta.

gadis itu membisu. malu.
dia takut akan menyesali malam itu berlalu begitu saja.
sesaat lagi dia akan turun dan mungkin tidak akan bertemu lagi dengan orang di sebelahnya itu

"Aku turun di stasiun Cikini"
 kata kata itu meluncur tepat sebelum kereta akhirnya benar benar berhenti di Stasiun Cikini.
Orang yang duduk tegak sekejap menoleh cepat ke gadis itu.
Sang gadis langsung bangkit menuju pintu kereta yang sudah hampir tertutup kembali.

"Ah, andai kutahu dia turun di Cikini sejak tadi.." orang itu hanya bisa bergumam melihat pintu kereta yang tertutup kembali.

Kereta pun kembali melaju, meninggalkan stasiun Cikini,
meninggalkan gadis itu dengan ribuan letupan di hatinya.


Comments

Popular posts from this blog

Sebuah Pilihan.

“Berbahagia dan berusaha bahagiakan orang lain.” Motto hidup sederhana inilah yang membuat saya berani mendaftarkan diri ke IME 2012. Sederhana saja. Awalnya, saya hanya ingin mencari kebahagiaan saya sendiri dengan berorganisasi, mencari banyak pengalaman serta teman, dan membahagiakan orang lain (teman-teman sesama mahasiswa) dengan ikut IME sebagai organisasi yang mewadahi kegiatan mereka semua. Tapi mengapa saya memilih membahagiakan orang lain melalui bidang PSDM?  Kata orang kebanyakan, PSDM adalah bidangnya orang-orang yang mau berpikir dan mau susah-susah untuk mengurusi orang lain. Dan saya juga tidak dapat memungkiri itu karena bidang inilah yang mau repot-repot mengurusi dan membimbing saya dan 117 teman saya saat masa bimbingan dulu. Ah kerajinan sekali, begitu pikir saya dulu.    Tapi saat masa adaptasi dunia kampus dulu, saya dibuat semakin menyadari bahwa mahasiswa adalah segerombolan manusia yang punya banyak kelebihan di dalam dirinya ya...

Great People Scholarship Program Telkom 2019 -

 --continued from previous post-- Oke jadi dimulailah tahap seleksi beasiswa GPSP dari perusahanku Telkom Indonesia. Hal pertama yang bikin aku cukup gak pede dan stres adalah waktu persiapan yang super sempit. Jadi, dari tanggal rilis nota dinasnya, aku harus menyiapkan proposal studi yang akan disubmit dan dibawa dalam waktu kruang lebih 4 hari apa 3 hari yah lupa. Jadi aku inget weekend itu aku bener bener scroll2 jurusan kampus dan bikin proposal study selama dua hari Sabtu-Minggu. Hari Seninnya, aku harus berangkat ke Bandung untuk tes. Dan aku berangkat ke Bandung bareng sama bebeb Pome sahabatcuuu Step pertama : Bikin proposal Studi  Selama nyusun proposal studi aku agak terburu buru dan gatau mau nulis apa. Ini mirip mirip dengan motivation letter atau personal statement kalau kita mau apply beasiswa atau apply kampus di luar Negeri untuk S2. Bedanya di seleksi Telkom ini dia minta dua halaman dan harus menjelaskan manfaatnya buat Telkom itu apa ketika kita sudah balik...

Aku cinta padamu, Indonesia

Indonesia, sebuah negeri dengan segala keelokan dan pesona. Negeri di tenggara Asia   yang patut dipertanyakan: seberapa besar cinta rakyatnya kepadanya? Aku mungkin hanyalah seorang biasa, tapi aku akan mencoba menggambarkan seberapa besar cintaku kepada negeri ini melalui rangkaian kata sederhana ini. Atau mungkin, aku akan mencoba membuat kalian tahu bagaimana caraku mencintai negeri ini, mencintai baik dan buruknya. Aku terlahir di negeri ini. Aku tumbuh dan menghirup udara di negeri ini, begitu juga sekitar dua ratus juta penduduk Indonesia yang lain. Ketika aku lahir, Indonesia masih dipimpin seorang “Bapak Pembangunan” yang katanya memberikan banyak perubahan dan kemajuan, tapi juga banyak meninggalkan hutang bagi Indonesia. Tapi aku tak peduli, aku mulai merasakan cinta pada negeri ini mulai tumbuh sejak hari pertama aku melihat dunia. Inilah negeriku, tempat hidungku menghirup udara pertamanya atau tempat tangisku pertama kali pecah. Dan aku mencintainya, dengan te...