Skip to main content

ypt.

 Untuk seorang lelaki,
yang kukenal keberaniannya sejak ribuan hari lalu
lihai ia berkata dalam sebuah ujar yang logis
mengalahkan kami yang waktu itu hanyalah pengharap asa tak tergapai
dia berdiri dihadapan semua orang, lantang, terkenang
saat itu dia berada satu jejak di depanku

entah sejak matahari keberapa dia berdiri di sampingku
perlahan aku berlalu dan dia mengikuti
padanya kuserahkan tangan dan kakiku
untuk menggapai mimpi yang belum sempat kami sentuh
padanya aku meletakkan sebagian asaku, berharap lelaki yang kan melunaskannya untukku
aku tak mengerti taktik strategi ataupun licik
aku hanya seorang ambisius bersemangat tak berakal, hari hari itu dialah akalku

setelah malam kesekian dia tetap berjalan di belakangku, perlahan
mengisi malam malamku dengan ujaran ringan tak bertuan
mengisi siang dengan ribuan gurauan tak beralasan
mengisi hariku dengan tingkahnya yang kadang tak kumengerti

setelah fajar berganti senja, untuk kesekian kalinya,
dia masih berjalan di belakangku,
sesekali langkah kami berjalan beriringan,
menutup hari dengan selamat tinggal di depan pintu,
sedemikian saja, terkadang begitu merindukan,
beberapa ratus hari, dan kutahu seperti apa lelaki

setelah bulan mengitari bumi beribuan kalinya,
dia berjalan lebih cepat, mengikuti dan mengiringi langkahku, pasti
pada satu titik dia percaya bahwa yang kukatakan benar
pada satu masa dia memutuskan untuk secepatku berjalan,
berat langkah ia tempuh dan pilih
yakini hati
disampingnya kucoba menyeimbangi
ratusan kata pemikiran gila sampai puisi romantis dia lontarkan
pujangga berotasi menghidupkan mimpi
sesekali ia tersandung dan kemudian bangkit lagi
tak peduli
kritisi habisi
ku tetap mengiringi

malam malam penuh nyanyian pernah kulalui bersamanya
senandung resah dan senandung cinta lagukan isi hatinya
puluhan pagi kulihat sembap di matanya berubah gemerlap saat beradu dengan benda bundar itu,
ribuan bincang carut marut dan romantis bisa saja kami tuliskan jadi ribuan aksara padu
yang hanya kami yang mengerti,
dan sekian air mata telah kupercayakan pada dia untuk disimpan,
dan dia tetap berjalan disampingku,
meski terkadang akhirnya dia berjalan lebih cepat,
setengah berlari sampai aku tergugup sendiri
sepi

pada setiap mimpi dan angan yang dia usahakan,
atau pada setiap puisi yang ia tuliskan,
atau pada setiap dendang tak berujung yang ia nyanyikan,
pada setiap  hati yang ia cerita tak terhentikan,
ku mengerti, sampai kadang ku sulit mengakhiri.

dia adalah gudang penyimpan semua puisiku,
harapan bagi semua resahku tentang bumi,
sandaran saat resah terlalu lelah kutanggung sendiri,
telinga terbuka untuk semua celotehku,
dan dia adalah biru pada langitku,
yang kupercaya dia pasti akan selalu datang,
tak peduli mendung, hujan, siang terik, atau setelah malam,
tapi dia pasti akan tetap disitu.
membuat warna biru pada langitku.

ah lelaki..
andai kataku berarti,
maka janganlah berlari terlalu cepat mendahului,
atau terus di belakang mengikuti,
tapi bersamakulah berlari,
untuk mimpi mimpi yang kau kejar,
untuk mimpi mimpi yang ku kejar,
dan bertemu pada ujung mimpi yang kita yakini benar.
untuk tetap jadi biru pada setiap langitku,
menjadi kamu yang selalu kusayangi,
karena hari hari ini tidak akan pernah cukup untukku.


karena terima kasih saja tidak akan pernah cukup,
dari seorang sahabat yang super bawel dan galak,
Aisyah. 


Comments

Popular posts from this blog

Sebuah Pilihan.

“Berbahagia dan berusaha bahagiakan orang lain.” Motto hidup sederhana inilah yang membuat saya berani mendaftarkan diri ke IME 2012. Sederhana saja. Awalnya, saya hanya ingin mencari kebahagiaan saya sendiri dengan berorganisasi, mencari banyak pengalaman serta teman, dan membahagiakan orang lain (teman-teman sesama mahasiswa) dengan ikut IME sebagai organisasi yang mewadahi kegiatan mereka semua. Tapi mengapa saya memilih membahagiakan orang lain melalui bidang PSDM?  Kata orang kebanyakan, PSDM adalah bidangnya orang-orang yang mau berpikir dan mau susah-susah untuk mengurusi orang lain. Dan saya juga tidak dapat memungkiri itu karena bidang inilah yang mau repot-repot mengurusi dan membimbing saya dan 117 teman saya saat masa bimbingan dulu. Ah kerajinan sekali, begitu pikir saya dulu.    Tapi saat masa adaptasi dunia kampus dulu, saya dibuat semakin menyadari bahwa mahasiswa adalah segerombolan manusia yang punya banyak kelebihan di dalam dirinya ya...

Great People Scholarship Program Telkom 2019 -

 --continued from previous post-- Oke jadi dimulailah tahap seleksi beasiswa GPSP dari perusahanku Telkom Indonesia. Hal pertama yang bikin aku cukup gak pede dan stres adalah waktu persiapan yang super sempit. Jadi, dari tanggal rilis nota dinasnya, aku harus menyiapkan proposal studi yang akan disubmit dan dibawa dalam waktu kruang lebih 4 hari apa 3 hari yah lupa. Jadi aku inget weekend itu aku bener bener scroll2 jurusan kampus dan bikin proposal study selama dua hari Sabtu-Minggu. Hari Seninnya, aku harus berangkat ke Bandung untuk tes. Dan aku berangkat ke Bandung bareng sama bebeb Pome sahabatcuuu Step pertama : Bikin proposal Studi  Selama nyusun proposal studi aku agak terburu buru dan gatau mau nulis apa. Ini mirip mirip dengan motivation letter atau personal statement kalau kita mau apply beasiswa atau apply kampus di luar Negeri untuk S2. Bedanya di seleksi Telkom ini dia minta dua halaman dan harus menjelaskan manfaatnya buat Telkom itu apa ketika kita sudah balik...

Aku cinta padamu, Indonesia

Indonesia, sebuah negeri dengan segala keelokan dan pesona. Negeri di tenggara Asia   yang patut dipertanyakan: seberapa besar cinta rakyatnya kepadanya? Aku mungkin hanyalah seorang biasa, tapi aku akan mencoba menggambarkan seberapa besar cintaku kepada negeri ini melalui rangkaian kata sederhana ini. Atau mungkin, aku akan mencoba membuat kalian tahu bagaimana caraku mencintai negeri ini, mencintai baik dan buruknya. Aku terlahir di negeri ini. Aku tumbuh dan menghirup udara di negeri ini, begitu juga sekitar dua ratus juta penduduk Indonesia yang lain. Ketika aku lahir, Indonesia masih dipimpin seorang “Bapak Pembangunan” yang katanya memberikan banyak perubahan dan kemajuan, tapi juga banyak meninggalkan hutang bagi Indonesia. Tapi aku tak peduli, aku mulai merasakan cinta pada negeri ini mulai tumbuh sejak hari pertama aku melihat dunia. Inilah negeriku, tempat hidungku menghirup udara pertamanya atau tempat tangisku pertama kali pecah. Dan aku mencintainya, dengan te...