Skip to main content

K A N T O R

dear blog,
gue kembali lagi menulis. *sigh*

hari ini gue akan bercerita tentang kehidupan gue sebagai seorang karyawan. mulai hari ini, gue akan bikin label sendiri buat cerita-cerita gue selama di kantor. Kenapa? Karena gue rasa, my college life is over. Dan gue pengen bisa berbagi suka duka kerja sama orang-orang lewat tulisan gue . 

Sebagai posting pertama dengan label "hardworker", gue akan memberi prolog sedikit tentang kantor gue dan divisi tempat gue berkecimpung. 

Jadi, gue pernah cerita kayaknya kalau gue kerja di sebuah BUMN Indonesia. Well, kerja di BUMN seems like many peoples' dreams. Tapi sebetulnya, ini bukan mimpi gue tadinya. Oke , let's dont talk about dreams dulu deh, bisa melebar kemana mana. 

Kantor gue adalah semacam kantor cabang yang lokasinya di daerah Kebayoran Baru, deket terminal Blok M. Perusahaan tempat gue bekerja ini bergerak di bidang telekomunikasi dan sedang berusaha bertransformasi menjadi perusahan digital (commonly said as Digital Company or Dico). Dan karena itulah, kita mulai benchmark ke Google tentang how's Google doing as a company. Dan imbas paling kasat mata yang bisa dilihat adalah, perusaahan tempat gue kerja ini sekarang gak mengharuskan karyawannya pake seragam tiap hari ke kantor dan atau pake celana bahan dan sepatu pantofel, seperti (masih) kebanyakan BUMN lainnya. Jadi, gue bisa bebas tiap hari pake jeans dan kemeja santai atau bahkan kaos polo dan sepatu running ke kantor. Gue merasa masih kayak di kampus dalam urusan berpakaian ke kantor. 

Tapi lain sama urusan partner kerja. Di kantor gue, gue benar-benar harus beradaptasi dengan rekan kerja yang mostly kelahiran tahun 60an atau 70an. Sangat sedikit yang lahir di usia 80an, apalagi 90an. It means, gue kerja bareng bapak-bapak dan ibu-ibu seumuran ayah dan ibu gue dirumah haha. Ini mungkin gak terjadi di semua divisi, tapi yes di divisi gue iya. Nanti bakalan ada sesi sendiri dimana gue akan cerita soal rekan kerja dan bagaimana gue berjuang diantara mereka. 

Untuk urusan makanan, di kantor gak ada kantin. Yang ada seven eleven yang ada di halaman kantor, cukup hedon. Di pinggir-pinggir jalan samping kantor banyak tukang jualan makanan kaki lima, dan tukang nasi padang (yang selalu ada dimanapun di daerah manapun). Itu cukup menolong kalau gue lagi gak bawa bekel dan mau nyari makan siang. Kantor gue juga bersebelahan dengan institusi pemerintahan, yang banyak pns muda didalamnya. Di institusi tersebut ada kantinnya, dan biasanya disitu gue suka makan. Tujuannya ada dua versi, cari makan dan cari jodoh . Lol. tapi ya who knows ada pns yang nyangkut, lumayanlah kan. haha

Di kantor gue ditempatkan di divisi Assurance. Yang artinya, gue harus menjamin kepuasan pelanggan ketika mereka komplain dan menjaga kualitas service dari layanan yang gue jual. Divisi ini bisa dibilang 24/7. 24 jam selama 7 hari, jadi on terus. harusnya. Untungnya, gue masih calon karyawan sehingga belum terlibat untuk masuk malam, atau pulang pagi, atau piket sejenisnya. Tapi kedepannya, kayaknya iya deh. sedih. 

Kantor gue gabung sama banyak anak perusahaan, yang mana karyawannya banyakan masih muda-muda. Jadi, sebetulnya sih kalau dalam satu gedung, banyak juga mas-mas dan mbak-mbak seumuran gue. Tapi kita kayak hidup di dunia yang berbeda. Agak susah kalau mau bareng-bareng, kecuali mungkin yang seruangan sama gue. Yah lumayanlah, minimal ketemu hahahihi dikit pas jam solat atau istirahat makan siang. Tapi entah kenapa rasanya beda.

ya segitu dulu aja deh, prolog tentang kantor dan kehidupan kantor. nanti bakalan banyak cerita seru  tentang kehidupan gue di kantor. Gue akan rajin nulis lagi , curhat lagi, karena dengan curhat di blog seenggaknya beban gue akan sedikit berkurang. Mengingat sekarang susah banget buat curhat sama temen temen deket, karena waktu dan jarak yang semakin jauh memisahkan gue dan teman teman. 

Hari ini hari minggu. besok Senin. Besok kerja. 
Baiklah
segini dulu
 


Comments

Popular posts from this blog

Sebuah Pilihan.

“Berbahagia dan berusaha bahagiakan orang lain.” Motto hidup sederhana inilah yang membuat saya berani mendaftarkan diri ke IME 2012. Sederhana saja. Awalnya, saya hanya ingin mencari kebahagiaan saya sendiri dengan berorganisasi, mencari banyak pengalaman serta teman, dan membahagiakan orang lain (teman-teman sesama mahasiswa) dengan ikut IME sebagai organisasi yang mewadahi kegiatan mereka semua. Tapi mengapa saya memilih membahagiakan orang lain melalui bidang PSDM?  Kata orang kebanyakan, PSDM adalah bidangnya orang-orang yang mau berpikir dan mau susah-susah untuk mengurusi orang lain. Dan saya juga tidak dapat memungkiri itu karena bidang inilah yang mau repot-repot mengurusi dan membimbing saya dan 117 teman saya saat masa bimbingan dulu. Ah kerajinan sekali, begitu pikir saya dulu.    Tapi saat masa adaptasi dunia kampus dulu, saya dibuat semakin menyadari bahwa mahasiswa adalah segerombolan manusia yang punya banyak kelebihan di dalam dirinya ya...

Great People Scholarship Program Telkom 2019 -

 --continued from previous post-- Oke jadi dimulailah tahap seleksi beasiswa GPSP dari perusahanku Telkom Indonesia. Hal pertama yang bikin aku cukup gak pede dan stres adalah waktu persiapan yang super sempit. Jadi, dari tanggal rilis nota dinasnya, aku harus menyiapkan proposal studi yang akan disubmit dan dibawa dalam waktu kruang lebih 4 hari apa 3 hari yah lupa. Jadi aku inget weekend itu aku bener bener scroll2 jurusan kampus dan bikin proposal study selama dua hari Sabtu-Minggu. Hari Seninnya, aku harus berangkat ke Bandung untuk tes. Dan aku berangkat ke Bandung bareng sama bebeb Pome sahabatcuuu Step pertama : Bikin proposal Studi  Selama nyusun proposal studi aku agak terburu buru dan gatau mau nulis apa. Ini mirip mirip dengan motivation letter atau personal statement kalau kita mau apply beasiswa atau apply kampus di luar Negeri untuk S2. Bedanya di seleksi Telkom ini dia minta dua halaman dan harus menjelaskan manfaatnya buat Telkom itu apa ketika kita sudah balik...

Aku cinta padamu, Indonesia

Indonesia, sebuah negeri dengan segala keelokan dan pesona. Negeri di tenggara Asia   yang patut dipertanyakan: seberapa besar cinta rakyatnya kepadanya? Aku mungkin hanyalah seorang biasa, tapi aku akan mencoba menggambarkan seberapa besar cintaku kepada negeri ini melalui rangkaian kata sederhana ini. Atau mungkin, aku akan mencoba membuat kalian tahu bagaimana caraku mencintai negeri ini, mencintai baik dan buruknya. Aku terlahir di negeri ini. Aku tumbuh dan menghirup udara di negeri ini, begitu juga sekitar dua ratus juta penduduk Indonesia yang lain. Ketika aku lahir, Indonesia masih dipimpin seorang “Bapak Pembangunan” yang katanya memberikan banyak perubahan dan kemajuan, tapi juga banyak meninggalkan hutang bagi Indonesia. Tapi aku tak peduli, aku mulai merasakan cinta pada negeri ini mulai tumbuh sejak hari pertama aku melihat dunia. Inilah negeriku, tempat hidungku menghirup udara pertamanya atau tempat tangisku pertama kali pecah. Dan aku mencintainya, dengan te...