Jakarta pagi ini ,
tidak bersahabat dengan pantat penumpang gojek yang sengaja naik gojek biar tidak kena macet tapi pada akhirnya kena macet juga. Sungguh ajaib kota ini, ketika hujan, seluruh jalanan jadi seolah menyempit dan bersekongkol membuat mobil motor dan orang-orang diantaranya harus merasakan rintikan hujan dan dingin angin, jalanan Jakarta seakan tidak rela membiarkan kami masuk kantor tepat waktu pagi ini .
Jakarta pagi ini,
beserta macetnya, memberikan saya banyak waktu untuk berpikir diatas kendaraan roda dua yang bahkan tidak bisa berjalan diantara mobil mobil yang penuh sesak ingin segera tiba di parkiran kantor sang empunya. Saya berpikir banyak hal, termasuk tentang apa yang saya lakukan setiap hari ini, tentang perjalanan ke kantor untuk bekerja sampai malam, kemudian terbangun lagi untuk bekerja lagi keesokan harinya, tentang perasaan bosan lelah berkecamuk dan ingin berhenti saja.
Jakarta pagi ini,
beserta gerimisnya, membantu membangkitkan kenangan dan memori, tentang mimpi dan harapan yang pernah menggebu di dada saya, tentang rasa iri semalam saat melihat feed instagram seorang teman yang sedang berkuliah di Inggris, tentang karaoke malam hari di kota Depok setahunan yang lalu, tentang sekelompok jaket kuning yang tengah berdemo di pinggiran jalan Jakarta, tentang tawa tawa gembira saat masih belum merasakan namanya cari uang, tentang bau basah tanah dan dingin gunung saat didaki, dan tentang dia yang diharapkan namun tak pernah mengharapkan saya.
Jakarta pagi ini,
seperti lalu lalang manusia di pinggir jalan Sudirman, seperti lalu lalang gojek mobil bus metromini kopaja dengan kepulan asap kendaraan bermotornya, seperti suara angklung pengamen jalanan, seperti suara teriakan kenek mencari penumpang, seperti klakson mobil yang berebut mencari jalan, seperti busway yang sesekali lewat, seperti polisi yang berdiri sepanjang jalan raya berbalut rompi hijau, seperti pedagang bubur ketoprak yang diantre puluhan pekerja kantoran, seperti basah jalanan aspal pagi, ramai.
Jakarta pagi ini,
menyadarkan bahwa diantara kota yang tidak pernah berhenti bekerja, yang sangat hidup pagi ini, ada saja seorang saya, dan mungkin seorang lain seperti saya, yang merasakan sepi, bukan di hati, tapi di antara mimpi dan kenyataan.
dari balik helm abang gojek, Jakarta pagi ini. |
Jakarta,
26 Januari 2017
Aisyah.
Comments
Post a Comment
speak out time