Gadis itu berlari memeluk ibunya.
Memenuhi hasratnya untuk mengadu dan menangis di pelukan sang ibu. Dia
bercerita, habis berkelahi di sekolah, dengan seorang anak laki-laki. Badan
anak itu lebih tinggi dari dirinya dan lebih kuat. Mereka berkelahi layaknya
dua anak lelaki, saling tonjok dan beradu fisik. Gadis itu memamerkan lukanya
di siku, betis, dan pipinya. Merah, lebam, dan bengkak. Sakit, bu. Keluhnya pelan
pada ibunya. Sang ibu seolah menahan napas menatapi anak gadisnya. Si gadis tetap
sesenggukan sambil mulai bercerita. Bahwa, si anak lelaki mengambil buku PR
nya, mengakui kalau itu miliknya, dan mengumpulkannya ke ibu guru. Si gadis
tidak tahu sampai waktu dikumpulkannya buku itu. Dia kaget mencari bukunya yang
hilang. Akhirnya dia dihukum berdiri sepanjang pelajaran karena tidak
mengumpulkan PR. Belakangan diketahui bahwa ternyata bukunya diambil oleh si
anak lelaki. Si gadis marah dan memukul lengan si lelaki. Anak lelaki tidak
terima dan membalas. Lalu begitu saja terjadi perkelahian siang itu. Gadis itu
kembali sesenggukan. Sang ibu terdiam. Tidak berkata sepatah katapun. Gadis
meminta belas kasihan dan mengharapkan pembelaan dari ibunya. Ibu tetap
bergeming, seolah mematung. Gadis seseunggukan perlahan sembari menatap wajah
ibunya, yang perlahan berubah menjadi langit-langit kamarnya. Gadis itu
menangis sejadi-jadinya sambil menahan rasa sakit di lukanya, dan di hatinya.
-16 April 2017-
Aisyah
Comments
Post a Comment
speak out time