Holla!
Been too lazy to write about covid19 and everything. Tapi ini kayaknya is a mus to write. Ku menulis tentang ini sambil berdoa, semoga akan segera ada hari hari dimana aku membaca tulisan ini sambil berkata, Alhamdulillah semuanya udah terlewati.
Jadi, tiga bulan terakhir ini adalah masa-masa yang super duper absurd dan somehow menyedihkan . Udah tiga bulan kurang lebih, aku dan keluarga di rumah aja. Bukan cuma keluargaku aja, tapi sebagian besar orang melakukan hal yang sama, bukan cuma di Indonesia, tapi hampir di seluruh dunia sedang mengalami hal yang sama, quarantine or lockdown or social distancing or physical distancing or any of those you name it. Dan ini semua karena an invisible virus, called coronavirus or Covid-19.
It is so heartbreaking. Karena adanya virus ini, yang pertama ditemukan di Wuhan, Cina, kita manusia berada dalam masa paling menyedihkan sepanjang sejarah kayaknya, menurut gue. Karena kita gabisa ketemu satu sama lain dalam jarak dekat, jadi super parno akan ketularan virus, dan jadi super parno juga nularin virus satu sama lain. Interaksi antar manusia jadi terbatas padahal sosialisasi adalah dasar kebutuhan manusia. Ekonomi mulai memasuki masa kritis, orang-orang banyak yang kehilangan pekerjaan, suster dokter banyak yang kewalahan, pemerintah pusing bikin kebijakan, rakyat sebagian patuh dan dirumah aja, sebagian lainnya sibuk lalu lalang nyari sesuap nasi karena lebih milih mati karena virus daripada mati kelaparan, dsb dsb. capek kalau dibahas satu persatu.
Dari sisi positifnya, covid ngajarin kita untuk lebih dekat dengan keluarga inti dan lebih menjaga kesehatan dari berbagai aspek. Di masa ini, banyak hal-hal kecil yang bisa disyukuri, banyak yang akhirnya harus direlakan dan belajar diikhlaskan, dan jadi benar benar menjaga apa yang kita miliki sekarang. Dan benar-benar merasa kecil di muka bumi ini dan benar-benar belajar untuk menyerahkan kembali semuanya pada Allah karena cuma Dia yang bisa menyelamatkan kita sekarang ini. Takut kehilangan nyawa, semakin jelas setiap harinya, bikin jadi makin rajin ibadah.
Sebulan terakhir ini adalah Ramadhan. Dan untuk pertama kalinya dalam hidup, gak ada buka bersama keluarga besar bareng sepupu dan mamang bibi mbah mamih. Dan untuk pertama kalinya, aku dan keluarga besar menahan air mata rindu di video call di hari lebaran ini karena gak bisa kumpul. Jarak Bekasi-Jakarta sekarang lebih jauh daripada Sumedang-Jakarta karena ada ketakutan tersendiri akan membawa virus atau menularkan pada Mbah dan Mamih. Karena keluarga besar yakin mungkin bukan hari ini kita bisa berkumpul, mungkn minggu depan, mungkin nanti. Sangat sedih. Lebaran yang biasanya jadi ajang kumpul dan silaturahmi, sekarang berubah jadi ajang menahan rindu dan menahan tangis. Memang kami bertemu di video call, tapi rasanya bedaaaa sekaliii, ingin peluk satu persatu. Tapi mungkin memang ini jalannya dan takdirnya.
Tapi alhamdulillah, alhamdulillah masih bisa ketemu lebaran tahun ini dan masih bisa kumpul lengkap. Ayah, ibu, kakak, adik, kakak ipar, ponakan, dan sehat semua. Alhamdulillah . And I cant be more grateful more.
And now. quarantine is not over yet. We still have to face the days at home. It is soooo boring. Tapi demi semuanya, demi jaga kesehatan dan demi kehidupan yang lebih baik, semoga semuanya terbayar dengan manis. Dan hope this will end really soon !!
Ada satu ayat Allah yang bikin aku terus semangat menghadapi ini semua.
Fa inna ma'al usri yusroo. Inna maal usri yusroo.
Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan.
Semoga bisa segera ketemu mbah mamih saudara saudara teman teman dalam keadaan baik sehat dan tidak penuh ketakutan. Anyway, I miss you all gengs.
Selamat Idul Fitri 1441 H.
Selamat lebaran edisi virtual bersama keluarga besar.
-love, Aisyah.
p.s. when you find it soo boring to face this quarantine alone, call me anyway anytime.
ill seeyou around!
p.s. when you find it soo boring to face this quarantine alone, call me anyway anytime.
ill seeyou around!
Comments
Post a Comment
speak out time