Skip to main content

Semeru! (Part2)

Lanjutan dari Semeru(part1)
Ladies in Semeru




Tanjakan Cinta

Hati dan keinginan boleh setinggi langit, tapi kalau keberanian dan cuaca, hanya Tuhan yang Maha Tahu. Kami tidak seberani itu untuk menantang hujan deras menuju puncak yang kami impikan. Mimpi-mimpi kami terputus saat itu. Idang menulis di buku catatan kami, “gagal mucak itu bener bener pait. Tapi mau gimana lagi, sekuat apapun motivasi dan fisik kita, tapi dieserang hujan tiba-tiba di daerah deket puncak, ibarat setiap tetes air hujan itu menghapus motivasi kita perlahan dan dinginnya cuaca saat itu bagaikan menghisap tenaga yang tersisa.”

Ya, itulah yang terjadi. Kami pun akhirnya turun setelah banyak orang yang turun bgitu cepatnya dari atas kami karena badai yang terjadi. Perjalanan turun ini pun menjadi perjalanan yang mendebarkan karena bagitu banyak orang yang terkapar di sepanjang pasir, di sepanjang perjalanan turun. Ada yang sudah kedinginan dan harus dipeluk teman temannya, ada yang harus sampai diikat tubuhnya untuk diseret turun, ada yang harus dibopong, dan semua itu semakin membuat arcopodo menjadi lebih seram mencekam dan dingin bagi kami. Dan dalam hati, sempat juga gue mengucap syukur untuk keputusan kami turun saat itu.

Memang pahit harus melangkah turun , menelusuri pasir yang sudah sulit kami daki sampai titik itu. Menahan pilu dan malu pulang ke bertemu setengah kawanan kami dibawah, dan bertemu ayah gue di rumah. Tapi apa daya, ini takdir kami. Kami pun turun kembali ke Kalimati. Sekali lagi, pahit. Untungnya ketika sampai di camp, kami disambut saudara saudari kami yang menyuguhkan agar agar manis, nasi kaleng yang sempat meledak, dan kehangatan sebuah keluarga. Pahit yang kami rasakan bersama sama pun berganti dengan manisnya gelak tawa dan hangatnya sleeping bag. Langit semakin cerah, sedikit demi sedikit

17 Agustus 2014
Akhirnya kami turun dari Kalimati dan membuat camp lagi di Ranu Kumbolo, menghabiskan malam terakhir kami di gunung terindah yang pernah gue daki. Ranu Kumbolo sudah penuh dengan rombongan pendaki yang tiba disana terlebih dahulu. Idang, dengan supernya, membangun tenda seorang diri sambil menunggu saudara-saudara kami yang lain tiba. Dan tenda pun berdiri. Kami memasak, makan, menahan dingin, berbincang, bercanda, dan akhirnya tidur sekali lagi di Ranu Kumbolo, di surga dunia, menurut gue. Esok adalah hari yang penting. Esok adalah peringatan kemerdekaan Indonesia. Dan mimpi untuk upacara 17-an di gunung akan tercapai besok. 

Pagi kami terbangun dan melihat matahari muncul perlahan. Indah, Ranu Kumbolo tidak pernah kehilangan pesonanya, entah itu pagi, siang, atau malam. Indah. Dan hari itu menjadi upacara bendera terbaik selama gue hidup, ya upacara di atas tanah Semeru, disaksikan Ranu Kumbolo, kami menyanyikan Indonesia Raya dan bersumpah atas nama pecinta alam bersama sama dengan ratusan pendaki yang tidak kami kenal satu persatu. Hari itu kami harusnya bangga pada tanah yang kami injak dan tinggali selama ini, kami harusnya bangga pada negeri kami dengan Semeru sebagai salah satu keindahannya. Hari itu, gue sangat bangga sebagai orang Indonesia. 

Setelah upacara, makan, tertawa-tawa, foto-foto sana sini, dan bersenda gurau, kami pun packing dan bersiap turun. Inilah akhir perjalanan kami di gunung yang kami impikan. Saatnya turun kembali ke dataran rendah dan pulang.

Perjalanan Turun
Hari terakhir di Semeru menjadi hari hari paling menyedihkan selama perjalanan gue mendaki gunung. Karena sedih rasanya harus melihat kembali puncak Mahameru dari kejauhan, sedih rasanya harus menghadapi kenyataan bahwa Kota dan kehidupan kampus sudah menunggu kami. Perjalanan turun pun dilakukan setelah puas berfoto di Ranu Kumbolo, di surga dunia ini. Perjalanan turun selalu menyenangkan, karena meski kami harus berpisah dengan gunung yang indah ini, tapi lelah kami seolah ikut hilang satu persatu bersama langkah kami. 

Gue dan cewekcewek turun duluan ber-6. Kita turun duluan karena biar gak nyusahin kalau missal jalannya lama, yah walaupun ujung ujungnya juga tetep kekejar sama yang cowok cowok. Tapi kita sempet ketemu dengan rombongan pendaki lain dan sampai dijuluki Princess Jungle karena jalan berenam cewek doang. Nana pun dapat jackpot dan muntah di perjalanan turun ini. Duh super banyak yang muntah di perjalanan kali ini. Kondisi fisik memang harus baik banget untuk menjelajahi indahnya Semeru ini. Kami pun akhirnya sampai kembali di basecamp. Dan kami menginap semalam disana sebelum akhirnya menuju kembali ke kota Malang. 

Pulang
Kami singgah di Malang sehari sambil menunggu jadwal kepulangan kami. Kami mampir ke kontrakan Babang di Malang, ketemu sama teman teman SMA yang juga tinggal disana. Babang gak ikut pulang ke Jakarta, tpai dia tetap brifing kami sampai kami benar benar naik kereta. Tebo pun mengurus surat kehilangan KTP nya agar bisa ikut pulang ke Jakarta. Malang menyisakan banyak cerita untuk kami. Masing masing dari kami pasti punya catatan sendiri di otak kami masing-masing mengenai perjalanan kami kali ini. Ingin rasanya mengulang mendaki Semeru dengan kondisi yang lebih siap dan dengan motivasi yang lebih tinggi, agar Mahameru tidak menunggu kami lebih lama. Namun apa daya, waktu dan kesibukan sudah memanggil kami pulang. Akhirnya kami pun pulang dengan kereta menuju Jakarta kembali. 

Entah kapan kita bakalan ketemu lagi dalam sebuah perjalanan kayak gini, tapi gue selalu berdoa dan berharap kalau kita bakalan naik gunung atau jelajah alam lagi bareng bareng. Dan semoga saat itu terjadi, kita udah bisa pamer gelar sarjana kita masing masing. 

savanaaaa

Kalimati


jungle princess (kurang Dea)

Semeru, ah Mahameru

Jungle princess

Kumbolo :')

setelah gagal ke puncak

(masih) berusaha tersenyum haha



Ranu Kumbolo
Aku akan segera kembali kesini.

Comments

Popular posts from this blog

Sebuah Pilihan.

“Berbahagia dan berusaha bahagiakan orang lain.” Motto hidup sederhana inilah yang membuat saya berani mendaftarkan diri ke IME 2012. Sederhana saja. Awalnya, saya hanya ingin mencari kebahagiaan saya sendiri dengan berorganisasi, mencari banyak pengalaman serta teman, dan membahagiakan orang lain (teman-teman sesama mahasiswa) dengan ikut IME sebagai organisasi yang mewadahi kegiatan mereka semua. Tapi mengapa saya memilih membahagiakan orang lain melalui bidang PSDM?  Kata orang kebanyakan, PSDM adalah bidangnya orang-orang yang mau berpikir dan mau susah-susah untuk mengurusi orang lain. Dan saya juga tidak dapat memungkiri itu karena bidang inilah yang mau repot-repot mengurusi dan membimbing saya dan 117 teman saya saat masa bimbingan dulu. Ah kerajinan sekali, begitu pikir saya dulu.    Tapi saat masa adaptasi dunia kampus dulu, saya dibuat semakin menyadari bahwa mahasiswa adalah segerombolan manusia yang punya banyak kelebihan di dalam dirinya ya...

Great People Scholarship Program Telkom 2019 -

 --continued from previous post-- Oke jadi dimulailah tahap seleksi beasiswa GPSP dari perusahanku Telkom Indonesia. Hal pertama yang bikin aku cukup gak pede dan stres adalah waktu persiapan yang super sempit. Jadi, dari tanggal rilis nota dinasnya, aku harus menyiapkan proposal studi yang akan disubmit dan dibawa dalam waktu kruang lebih 4 hari apa 3 hari yah lupa. Jadi aku inget weekend itu aku bener bener scroll2 jurusan kampus dan bikin proposal study selama dua hari Sabtu-Minggu. Hari Seninnya, aku harus berangkat ke Bandung untuk tes. Dan aku berangkat ke Bandung bareng sama bebeb Pome sahabatcuuu Step pertama : Bikin proposal Studi  Selama nyusun proposal studi aku agak terburu buru dan gatau mau nulis apa. Ini mirip mirip dengan motivation letter atau personal statement kalau kita mau apply beasiswa atau apply kampus di luar Negeri untuk S2. Bedanya di seleksi Telkom ini dia minta dua halaman dan harus menjelaskan manfaatnya buat Telkom itu apa ketika kita sudah balik...

Aku cinta padamu, Indonesia

Indonesia, sebuah negeri dengan segala keelokan dan pesona. Negeri di tenggara Asia   yang patut dipertanyakan: seberapa besar cinta rakyatnya kepadanya? Aku mungkin hanyalah seorang biasa, tapi aku akan mencoba menggambarkan seberapa besar cintaku kepada negeri ini melalui rangkaian kata sederhana ini. Atau mungkin, aku akan mencoba membuat kalian tahu bagaimana caraku mencintai negeri ini, mencintai baik dan buruknya. Aku terlahir di negeri ini. Aku tumbuh dan menghirup udara di negeri ini, begitu juga sekitar dua ratus juta penduduk Indonesia yang lain. Ketika aku lahir, Indonesia masih dipimpin seorang “Bapak Pembangunan” yang katanya memberikan banyak perubahan dan kemajuan, tapi juga banyak meninggalkan hutang bagi Indonesia. Tapi aku tak peduli, aku mulai merasakan cinta pada negeri ini mulai tumbuh sejak hari pertama aku melihat dunia. Inilah negeriku, tempat hidungku menghirup udara pertamanya atau tempat tangisku pertama kali pecah. Dan aku mencintainya, dengan te...