Lanjutan dari
Semeru(part1)
|
Ladies in Semeru |
|
Tanjakan Cinta |
Hati dan keinginan boleh setinggi
langit, tapi kalau keberanian dan cuaca, hanya Tuhan yang Maha Tahu. Kami tidak
seberani itu untuk menantang hujan deras menuju puncak yang kami impikan.
Mimpi-mimpi kami terputus saat itu. Idang menulis di buku catatan kami, “gagal
mucak itu bener bener pait. Tapi mau gimana lagi, sekuat apapun motivasi dan
fisik kita, tapi dieserang hujan tiba-tiba di daerah deket puncak, ibarat
setiap tetes air hujan itu menghapus motivasi kita perlahan dan dinginnya cuaca
saat itu bagaikan menghisap tenaga yang tersisa.”
Ya, itulah yang terjadi. Kami pun
akhirnya turun setelah banyak orang yang turun bgitu cepatnya dari atas kami
karena badai yang terjadi. Perjalanan turun ini pun menjadi perjalanan yang
mendebarkan karena bagitu banyak orang yang terkapar di sepanjang pasir, di
sepanjang perjalanan turun. Ada yang sudah kedinginan dan harus dipeluk teman
temannya, ada yang harus sampai diikat tubuhnya untuk diseret turun, ada yang
harus dibopong, dan semua itu semakin membuat arcopodo menjadi lebih seram
mencekam dan dingin bagi kami. Dan dalam hati, sempat juga gue mengucap syukur
untuk keputusan kami turun saat itu.
Memang pahit harus melangkah
turun , menelusuri pasir yang sudah sulit kami daki sampai titik itu. Menahan
pilu dan malu pulang ke bertemu setengah kawanan kami dibawah, dan bertemu ayah
gue di rumah. Tapi apa daya, ini takdir kami. Kami pun turun kembali ke
Kalimati. Sekali lagi, pahit. Untungnya ketika sampai di camp, kami disambut
saudara saudari kami yang menyuguhkan agar agar manis, nasi kaleng yang sempat
meledak, dan kehangatan sebuah keluarga. Pahit yang kami rasakan bersama sama
pun berganti dengan manisnya gelak tawa dan hangatnya sleeping bag. Langit
semakin cerah, sedikit demi sedikit
17 Agustus 2014
Akhirnya kami turun dari Kalimati
dan membuat camp lagi di Ranu Kumbolo, menghabiskan malam terakhir kami di
gunung terindah yang pernah gue daki. Ranu Kumbolo sudah penuh dengan rombongan
pendaki yang tiba disana terlebih dahulu. Idang, dengan supernya, membangun
tenda seorang diri sambil menunggu saudara-saudara kami yang lain tiba. Dan
tenda pun berdiri. Kami memasak, makan, menahan dingin, berbincang, bercanda,
dan akhirnya tidur sekali lagi di Ranu Kumbolo, di surga dunia, menurut gue.
Esok adalah hari yang penting. Esok adalah peringatan kemerdekaan Indonesia.
Dan mimpi untuk upacara 17-an di gunung akan tercapai besok.
Pagi kami terbangun dan melihat
matahari muncul perlahan. Indah, Ranu Kumbolo tidak pernah kehilangan
pesonanya, entah itu pagi, siang, atau malam. Indah. Dan hari itu menjadi
upacara bendera terbaik selama gue hidup, ya upacara di atas tanah Semeru,
disaksikan Ranu Kumbolo, kami menyanyikan Indonesia Raya dan bersumpah atas
nama pecinta alam bersama sama dengan ratusan pendaki yang tidak kami kenal
satu persatu. Hari itu kami harusnya bangga pada tanah yang kami injak dan
tinggali selama ini, kami harusnya bangga pada negeri kami dengan Semeru
sebagai salah satu keindahannya. Hari itu, gue sangat bangga sebagai orang
Indonesia.
Setelah upacara, makan,
tertawa-tawa, foto-foto sana sini, dan bersenda gurau, kami pun packing dan
bersiap turun. Inilah akhir perjalanan kami di gunung yang kami impikan.
Saatnya turun kembali ke dataran rendah dan pulang.
Perjalanan Turun
Hari terakhir di Semeru menjadi hari
hari paling menyedihkan selama perjalanan gue mendaki gunung. Karena sedih
rasanya harus melihat kembali puncak Mahameru dari kejauhan, sedih rasanya
harus menghadapi kenyataan bahwa Kota dan kehidupan kampus sudah menunggu kami.
Perjalanan turun pun dilakukan setelah puas berfoto di Ranu Kumbolo, di surga
dunia ini. Perjalanan turun selalu menyenangkan, karena meski kami harus
berpisah dengan gunung yang indah ini, tapi lelah kami seolah ikut hilang satu
persatu bersama langkah kami.
Gue dan cewekcewek turun duluan
ber-6. Kita turun duluan karena biar gak nyusahin kalau missal jalannya lama,
yah walaupun ujung ujungnya juga tetep kekejar sama yang cowok cowok. Tapi kita
sempet ketemu dengan rombongan pendaki lain dan sampai dijuluki Princess Jungle
karena jalan berenam cewek doang. Nana pun dapat jackpot dan muntah di
perjalanan turun ini. Duh super banyak yang muntah di perjalanan kali ini.
Kondisi fisik memang harus baik banget untuk menjelajahi indahnya Semeru ini. Kami
pun akhirnya sampai kembali di basecamp. Dan kami menginap semalam disana
sebelum akhirnya menuju kembali ke kota Malang.
Pulang
Kami singgah di Malang sehari
sambil menunggu jadwal kepulangan kami. Kami mampir ke kontrakan Babang di
Malang, ketemu sama teman teman SMA yang juga tinggal disana. Babang gak ikut
pulang ke Jakarta, tpai dia tetap brifing kami sampai kami benar benar naik
kereta. Tebo pun mengurus surat kehilangan KTP nya agar bisa ikut pulang ke
Jakarta. Malang menyisakan banyak cerita untuk kami. Masing masing dari kami
pasti punya catatan sendiri di otak kami masing-masing mengenai perjalanan kami
kali ini. Ingin rasanya mengulang mendaki Semeru dengan kondisi yang lebih siap
dan dengan motivasi yang lebih tinggi, agar Mahameru tidak menunggu kami lebih
lama. Namun apa daya, waktu dan kesibukan sudah memanggil kami pulang. Akhirnya
kami pun pulang dengan kereta menuju Jakarta kembali.
Entah kapan kita bakalan ketemu
lagi dalam sebuah perjalanan kayak gini, tapi gue selalu berdoa dan berharap
kalau kita bakalan naik gunung atau jelajah alam lagi bareng bareng. Dan semoga
saat itu terjadi, kita udah bisa pamer gelar sarjana kita masing masing.
|
savanaaaa |
|
Kalimati |
|
jungle princess (kurang Dea) |
|
Semeru, ah Mahameru |
|
Jungle princess |
|
Kumbolo :') |
|
setelah gagal ke puncak |
|
(masih) berusaha tersenyum haha |
|
Ranu Kumbolo | | |
|
|
Aku akan segera kembali kesini. |
Comments
Post a Comment
speak out time